Berbaur Dengan Anak Tunadaksa




 
Oleh :Ahmad Ni’ami Dluha
 
Hidup akan berjalan secara optimal apabila setiap anggota tubuh mampu bekerja sesuai dengan fungsinya. Khususnya berhubungan dengan masalah mobilitas. Jika ada salah satu atau beberapa anggota tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik, maka hal ini akan menjadikan keterbatasan bagi siapapun yang mengalaminya. Mereka akan dianggap “Berbeda” dengan orang yang tidak mengalami gangguan fungsi tubuh atau badan. Mobilitas atau kemampuan gerak mereka tidak akan seleluasa dengan orang yang tidak mengalami gangguan fungsi tubuh. Tentunya ini sangat merugikan bagi mereka.

Tidak hanya orang tanpa gangguan fungsi tubuh saja yang memiliki kebutuhan. Justru orang-orang dengan kelainan fungsi tubuh memiliki kebutuhan yang lebih khusus dalam hal-hal tertentu, antara pelayanan pendidikan atau kesempatan yang luas sehingga potensi dan kemampuan mereka dapat diberdayakan secara optimal. Dari beberapa banyak kasus. Mereka inilah dikenal sebagai penyandang tunadaksa.

Istilah tunadaksa terbagi dari dua kata, yaitu tuna dan daksa. Tuna memiliki arti rugi atau kurang, sedangkan daksa memiliki arti tubuh atau badan. Secara umum tunadaksa dapat dipahami sebagai orang dengan kelainan fungsi anggota tubuh atau sering disebut sebagai cacat anggota tubuh secara permanen.

Anak tunadaksa tentunya mengalami masalah secara psikologis di antaranya cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitive dan terkadang muncul sikap egois terhadap lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh factor internal (dari dalam diri) dan eksternal (dari lingkungan keluarga serta lingkungan masyrakat).

Dukungan seseorang sangat dibutuhkan bagi anak tunadaksa agar kondisi psikisnya kondusif sehingga mereka dapat menjalani hidup secara optimal dan mampu untuk berinterkasi di lingkunganya. Selain itu dukungan dari orang lain bagi anak tunadaksa dapat membantu atau mengurangi kesulitan yang dialaminya, selain hambatan psikologisnya. Dengan demikian, meraka sangup hidup lebih mandiri dan tidak selalu bergantung kepada orang lain.

Maka dari itu kita sebagai manusia dilahirkan dengan kelengkapan anggota tubuh yang dapat digunakan sesuai fungsinya sehingga kita dapat hidup lebih optimal dan dapat merasakan segala kenikmatan yang diberikan tuhan. Seharusnya kita lebuh bersyukur dilahirkan dengan fisik yang normal. Rasa syukur kita wujudkan dengan memberikan dukungan kepada anak tunadaksa agar mereka dapat hidup dengan selayaknya.

Adapun bentuk dukungan yang mungkin kita dapat lakukan sebagai keluarga ataupun orang lain diantaranya adalah:

Menerima kehadiran anak dengan ikhlas.
Sebagai orang tua atau keluarga menerimakondisi anak tunadaksa mencintai dengan tulus serta apa adanya akan melahirkan kekuatan untuk memberi yang terbaik untuk anak.

Senantiasa memberikan cinta dan kasih saying yang tulus.
Sikap yang harus diberikan adalah rasa cinta dan kasih saying ini akan memberikan dukungan secara mental pada anak tunadaksa.

Melindungi dari perlakuan yang melukai menalnya.
Mental atau jiwanya adalah hal yang mudah terluka dan menyembuhkanya tidak lah mudah. Maka dari itu melindunginya adalah sikap yang terbaik yang harus dilakuakn.

Membangun motivasi anak tunadaksa.
Anak tunadaksa akan berupaya mengoptimalkan kemamouanya dan mengatasi hambatanya jika diberikan dorongan atau motivasi.

Menciptakan lingkungan yang kondusif.
Lingkungan yang kondusif akan mambantu perkembangan anak secara optimal

Berusaha untuk membangun kepercayaan diri anak tunadaksa.
Kita sebagai orang tua atau keluarga adalah orang terdekat bagi mereka harus mampu membangun kepercayaan diri anak.

Itulah beberapa bentuk dukungan yang dapat kita lakukan sebagai orang tua atau keluarga ataupun orang lain sehingga anak tunadaksa mampu beradaptasi di lingkungan sekitarnya dan mengembangkan diri anak tunadaksa secara optimal.

Lindungi, sayangi, hormati, dan dukung mereka menuju sesuatu yang besar di masa depan.

Posting Komentar

0 Komentar