Peran perempuan dalam masyarakat selalu menjadi topik yang relevan dan penting untuk dibahas. Meskipun perempuan telah lama berperan penting dalam berbagai sektor, baik di keluarga, ekonomi, politik, maupun pendidikan, kenyataannya masih banyak tantangan yang dihadapi. Di banyak tempat, perempuan masih terbatas oleh norma sosial yang membatasi ruang gerak mereka, serta stereotip gender yang menempatkan mereka dalam peran tertentu yang dianggap "sesuai."
Sejarah perjuangan perempuan di Indonesia tak lepas dari peran mereka yang luar biasa dalam memperjuangkan kemerdekaan dan kesetaraan. Dari R.A. Kartini yang memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan, hingga Siti Walidah dan Dewi Sartika yang berjuang di bidang pendidikan, hingga banyak perempuan lainnya yang berani melawan penjajahan dan memperjuangkan hak-hak sosial dan politik. Perjuangan mereka adalah bukti bahwa perempuan Indonesia selalu menjadi kekuatan besar dalam setiap perubahan.
Namun, penting untuk diingat bahwa perubahan ini bisa dimulai dengan cara kita memandang peran perempuan. Kritis terhadap stereotip dan norma sosial yang membatasi mereka adalah langkah pertama menuju kesetaraan. Perempuan seharusnya diberi kebebasan untuk mengeksplorasi potensi mereka tanpa dibatasi oleh anggapan sosial, dan kita perlu menciptakan ruang yang lebih inklusif untuk mereka berpartisipasi aktif dalam setiap sektor kehidupan,
Tidak perlu menjadi perempuan untuk sadar penderitaan kaum perempuan. Tidak perlu menjadi perempuan untuk tahu kerugian para perempuan akibat peraturan dan kebijakan pemerintah yang serampangan. Tidak perlu menjadi perempuan untuk tahu banyak perempuan yang terpinggirkan hanya semata-mata karena dia perempuan.
Pekikan "HIDUP PEREMPUAN YANG MELAWAN kini menjadi seruan yang selalu dilantunkan tiap momen demonstrasi apapun menjelang. Memang tepat begitu adanya mengingat perempuan. kerap menjadi korban terbesar dalam banyak dibamika isu sosial, entah itu tentang agraria, politik, ekonomi, sosial, lingkungan hidup dan banyak lagi problem lainnya.
Namun, yang paling menyedihkan adalah ketika lantunan itu selalu terlantur namun suara perlawanan akan hak-gak perempuan malah mengendur. Terlebih lagi, akan menjadi makin menyedihkan jika suara perlawanan bagi baiknya hidup perempuan hanya di kumandangkan di tengah peringatan Hari Perempuan Internasional.
Mari kita jadikan peran kita lebih besar dari sekadar perasaan, karena dunia ini membutuhkan perempuan yang berani mengambil tindakan, bukan hanya terjebak dalam emosi.
Oleh : Dea Puji S.
0 Komentar